GFT 2012 : Selayang Pandang Langkah Progresif

Warga Unitantri sekalian, tentunya sudah akrab bukan dengan Gebyar Festival Tari (GFT)? Bagi yang belum, mungkin dapat diinformasikan bahwa GFT merupakan kegiatan tahunan Unit Aktivitas Karawitan dan Tari (Unitantri) yang berupa event kompetisi tari antar fakultas dan antar Sekolah Mengengah Atas (SMA) se- Jawa Timur.

Pelaksanaan GFT Piala Rektor XX tahun ini mengusung Tema “Gemerlap Emas Kerajaan Biru”, yang sesuai dengan ulang tahun Universitas Brawijaya (UB) yang genap berusia 50 tahun (emas) serta warna biru yang menjadi warna dasar almamamter UB. Meskipun sifatnya kompetisi, GFT sebenarnya adalah wadah apresiasi mahasiswa UB yang memiliki minat dan bakat di bidang seni, khususnya seni tradisional. Pada ajang ini, masing-masing fakultas “bertarung” memperebutkan nominasi-nominasi penghargaan seperti penyaji terbaik, naskah terbaik, koreografer terbaik, penyaji terbaik, dan tentunya predikat juara umum yang berhak memperoleh piala bergilir Rektor UB. GFT tahun ini diikuti 12 fakultas UB dan 10 SMA/ sederajat se-Jawa Timur.

Tari Gambyong pada Pembukaan GFT hari pertama
Tari Saman pada Pembukaan GFT hari kedua

Namun dibalik aroma kompetisi ini, sejatinya pihak penyelenggara yaitu dari Unitantri sendiri sebenarnya bertujuan untuk memberikan apresiasi serta ruang ekplorasi yang lebih luas bagi mahasiswa UB sendiri untuk mengembangkan kesenian tradisional. GFT tahun ini dirasakan berbeda daripada tahun-tahun sebelumnya, khususnya pada penyelenggaraan GFT antar Fakultas se-UB yang mengharuskan penata musik dan tari nya berasal dari civitas academica UB sendiri khususnya mahasiswa. Pada tahun-tahun sebelumnya, memang tidak ada ketentuan yang mengharuskan para penata music dan tari berasal dari mahasiswa warga Brawijaya sendiri. Sehingga dengan peraturan baru ini, apresiasi mahasiwa dan warga fakultas terhadap kesenian tradisional meningkat. “Kami berharap bahwa mahasiswa UB juga berpartisipasi langsung dalam pelestarian seni-budaya dengan menciptakan karya tari yang independen”, ujar Odha Adhitama selaku panitia pengarah acara ini. Konsekuensinya,dari segi kualitas tentu terjadi penurunan karena tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa UB tidak memiliki pendidikan formal seni tari dan musik. Namun dari perspektif pembinaan hal ini menjadi langkah progresif tersendiri. Peserta tentunya mengalami banyak kendala terutama dalam menuangkan ide menuju gerakan tari maupun komposisi musik. Solusi yang disediakan panitia sejak peraturan baru in disosialisasikan adalah, dengan menyediakan Workshop Pelatihan Tari Dan Musik Karawitan Se-Universitas Brawijaya Tahun 2012 bagi seluruh peserta GFT, dengan menghadirkan pemateri yang dinilai mampu membantu peserta mengeksplorasi ide garapan mereka.

Penampilan Juara Umum GFT 2012 antar SMA se Jawa Timur, SMA Negeri 2 Nganjuk
Penampilan Juara Umum GFT 2012 antar Fakultas se Universitas Brawijaya, Fakultas Teknologi Pertanian

Sesuai dengan tradisi dari tahun ke tahun, pembukaan awal GFT tetap penampilan tarian dari anggota Unitantri sendiri, dengan menampilkan tarian Gambyong Pareanom sebagai tarian pembuka pada hari pertama. Sedangkan pada hari kedua, giliran para penari Saman Unitantri yang menampilkan kebolehan mereka dalam ritme rancak tarian yang ditetapkan menjadi World Heritage oleh UNESCO tersebut. Di sela-sela sidang dewan pengamat, penonton dihibur dengan penampilan yel-yel para peserta. Acara puncak GFT ditandai dengan pengumuman juara umum antar fakultas oleh para dewan pengamat yang diketuai Agustinus mengumumkan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) sebagai juara umum kategori Fakultas dan SMAN 1 Nganjuk sebagai juara umum kategori SMA.

Antusiasme penonton cukup meriah sejak awal pintu masuk dibuka, terbukti sebelum pintu masuk dibuka, antrian penonton cukup mengular. Begitu pula ketika lomba yel-yel dimulai, masing-masing peserta menunjukkan kreativitasnya dalam mendukung kontingen mereka lewat yel-yel. Kerja keras panitia yang diketuai Suka Langgeng Giri Pamungkas ini patut diacungi jempol. Namun, bukan berrti tanpa kritikan yang dapat menjadi bahan evaluasi. Penonton mengeluhkan kebijakan panitia yang tidak mengizinkan penonton masuk di sela-sela pentas sehingga ada beberapa penonton yang kehilangan momen menonton fakultasnya. Selain itu, alur mobilitas pra pentas hingga on stage dinilai beberapa kontingen SMA cukup memberatkan dari segi fisik. Maklum, ketentuan panitia mengharuskan mereka mengikuti pos-pos karantina yang notabene mengelilingi gedung Samantha Krida, sedangkan dapi kontingen SMA sendiri ada pendamping dari guru-guru yang tidak lagi prima kondisi fisiknya. “Kami menyadari masih banyak kekurangan yang dimiliki selaku penyelenggara, sehingga kritik dan saran kedepannya sangat kami harapkan demi penyelenggaraan GFT tahun depan yang lebih baik,” ungkap Ketua Umum Unitantri, Prayogi Adhiatma ketika dikonfirmasi.

Oleh: Palupi Anggraheni

Tinggalkan Balasan